MISTERI GUNUNG SIBAYAK(BAG 2)

GUNUNG SIBAYAK, BERASTAGI, SUKU KARO, KARO, CERITA RAKYAT, LIMA MARGA
Gunung sibayak
Guru Pertawar Reme adalah seorang dukun terkenal di kawasan Tanah Karo. Dia mampu mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit reme (cacar) yang mengerikan itu. Pada suatu ketika penyakit berkecamuk di daerah Alas (Aceh). Guru Pertawar Reme berangkat ke sana untuk mengobati penyakit tersebut.

Berbulan-bulan lamanya dia di daerah itu dan telah banyak uang diperolehnya sebagai hasil dari pengobatannya. Namun pada suatu hari datang seseorang laki-laki dari Tanah Karo memberitahukan kepadanya bahwa anaknya dalam keadaan sakit keras. Guru Pertawar Reme kurang peduli dan karena merasa bahwa dia memiliki ilmu yang begitu hebat, maka dia berkata : �Tak usah sangsi, asalkan masih ada tulangnya sebesar sisir, dia masih dapat ku sembuhkan.� Si pembawa beritapun pulanglah dengan hati yang kesal.

Setelah lebih kurang 6 bulan berada di daerah Alas, Guru Pertawar Reme pulang ke kampungnya. Namun setelah dia samapi dirumahnya dia tidak menemukan anaknya lagi. Kepadanya dibertahu orang bahwa ketiga anaknya telah meninggal dunia dan telah dikuburkan di kaki Gunung Sibayak.

Guru Pertawar Reme bersama beberapa orang kawanannya pergi ke tempat itu. Kuburan ketiga putrinya itu digalinya dan kerangkanya dikeluarkan. Mulailah Guru Pertawar Reme mengucapkan mantra dan menggunakan semua ilmunya. Namun sia-sia belaka, anaknya tidak dapat muncul, hanya tulang � belulang yang dihadapinya, dia sangat sedih dicobanyalagi, tetapi tetap tidak berhasil. Akhirnya terdengar suara :

�Sudahlah, tidak ada gunanya lagi kami diobati, rupanya nasib kami hanya begini. Kami telah menjadi penunggu dan kramat gunung ini.� Setelah itu hilanglah tulang-tulang terbeut menjelma menjadi batu. Ketiga putrinya itu dikenal dengan nama Beru Tandang Kumerlang, Beru Batu Ernala, dan Beru Baru Erlunglung.

Kuburannya Guru petawar reme sampai sekarang masih ada, yaitu di desa kandibata. Lokasinya persis lewat titi l.au biang desa kandibata. lit kari tekongan jalan ke kiri, ada suatu bukit kecil. di bukit kecil itu ada kuburan tua. Pusarannya bersih, dan tidak pernah ditumbuhi rerumputan. Daerah angker, itulah kuburan guru pertawar remai, yang konon karena saktinya guru mbelin itu bisa menghidupkan dua putrinya yakni tandang suasa dan tandang kumerlap, walau pun nanti tulang belulangnya hanya tersisa sebesar sisir.

Mendengar keangkuhan dan kesombongan guru petawar remai ini, keramat lau biang, melaporkan hal tersebut ke keramat deleng sibayak. e me i kataken nini kertah.ernala Lalu dicurilah tulang belulang dua puteri ini.singkat cerita, saat pulang guru petawar remai tadi dari kuta kalak, tulang belulang dua putrinya itu hilang dari kuburan. saat ayahnya mau menghidupkan kedua putrinya itu kembali. Sampai akhirnya guru mbelin itu melakukan upacara raleng tendi (memanggil roh). Disitulah nini kertah memberi kesempatan terakhir kepada guru petawar remai itu, untuk bicara dengan dua putrinya melalui kain dagangen (kain kafan). Dengan percakapan terakhir anaknya berkata: "regan akapndu emas perak asangkan suasa bapa. Regan akapndu herta asangken anakndu bapa," begitulah penggalan katanya lalu guru pertawar remai itu, merigep alias menerkam kain dagangen ah ndai, i je me lausna tendi anaknya.merasa sia-sia semua kesaktiannya. yang konon jimatnya itu disimpan di dalam kendi kendi, maka dengan sumpahnya di sebuah bukit dekat kaki gunung sibayak, mengatakan, " gundari kuperpeltep ketangkan nge kandi enda ras aq i jenda. adi kune pepagi ersada ketang enda enca kutektek, e maka ersada mulihi aq ras anakku.

Dengan kecewa dan emosi, i tektekna me ketang ndai i je ras kendina. Ketang ndai pe retap, kendi-kendi si isina jimat entah pe adi isitlah guru mbelin pupuk ndai, pe pecah merap marpar la terpumahi. Ban i je ingan perpadanan entah pe sumpah guru mbelin pertawar remai, jenari me ikatakan gelarna deleng pertektekken. Je nari berangkat kita, ku gelar kuta kandi bata ingan guru pertawar remai ndai i kuburken. Kandi bata berasal dari kata kandi-kandi dibata. Yang artinya, karena begitu hebatnya jimat guru pertawar remai yang disimpannya di kendinya dan bisa menghidupkan orang mati, maka disebut kandi-kandi dibata. dan akhirnya desa itu pun bernama Kandibata sampai sekarang. (Sumber :sipesikapkutakemulihenta.blogspot.com)

Post a Comment

أحدث أقدم